Senin, 05 Maret 2012

MENJALIN KEBERSAMAAN DENGAN “DIALOG”

Sejak kita lahir di dunia sebelum mampu beradaptasi dengan lingkungan luar, maka kita banyak memperoleh sentuhan cinta dari orang tua dengan dialek yang kemudian berkembang searah perkembangan kedewasaan ditempa lingkungan sekitar menjadi bahasa kita sehari-hari. Lewat dialek dalam keseharian kita, , tanpa disadari terjadilah semacam dialog mulai yang ringan-ringan di sekitar lingkungan kita maupun menyangkut masalah-masalah umum yang sering terjadi dalam lingkup kemasyaraakatan, berbangsa dan bernegara atau bahkan dalam lingkup dunia yang lebih luas.

Dialog akan menghasilkan pemahaman yang lebih luas tentang khasanah kehidupan baik politik, ekonomi, social, budaya, agama serta dunia hiburan sehingga membuka sikap untuk saling pengertian antar sesama, yang pada akhirnya memunculkan keterpanggilan meredam persoalan-persoalan yang mungkin terjadi , tidak sesuai atau bias dari kebenaran sehingga masalah tidak semakin meluas.

Diperlukan suatu rangcangan kegiatan yang memungkinkan banyak kalangan atau antar kelompok untuk bisa bertemu dan “berdialog” dalam suasana yang nyaman. Kita perlu terlibat langsung, menyaksikan dan merasakan sendiri tantangan yang kita hadapi dalam menyepakati atau menyelaraskan apa yang harus diselesaikan lewat sebuah dialog, sehingga dengan cara dialog tantangan yang ada serta hambatan atau permasalahan yang ada dapat teratasi bersama-sama serta dalam kebersamaan. Kadang kala kehadiran para pemimpin dalam suatu kelompok atau seseorang yang dianggap sesepuh (tua) dalam suatu lintas budaya maupun sosial sangat diperlukan sebagai bentuk pendekatan dalam dialog, baik antara pimpinan dan bawahan maupun antara ketua dengan para anggotanya dalam suatu kelompok tertentu.

Dialog harus mampu menunjukkan suasana keramahan dan persahabatan dari masing-masing peserta, baik pimpinan atau ketua kelompok maupun sekelompok individu terlibat dialog tersebut. Dengan demikian lontaran ide-ide yang disampaikan mendapatkan tanggapan yang positif dan saling menghormati pada setiap pertemuan yang selalu dilaksanakan atau diselenggarakan. Pengechekan fakta langsung di lapangan kadang sangat perlu dilakukan guna mengetahui apa yang sedang berlangsung sehingga tidak memunculkan sesuatu yang negatif atau fitnah atau mendiskreditkan seseorang atau sesuatu hal yang kita sendiri kurang mengetahui atau memahaminya atau dengan kata lain dalam rangka menjunjung tinggi obyektifitas.

Dengan dialog, dapat muncul beragam pertanyaan serta penawaran oleh komunitas-komunitas tertentu dalam sebuah kelompok, yang merupakan sesuatu yang tidak perlu dibedakan, akan tetapi sesuatu yang perlu dicari solusi atau pemecahan tentang apa yang dihadapi serta membangun model kerja sama yang baik dengan masing-masing kelompok atau individu untuk sama-sama mau belajar dan berusaha.

Dalam bentuk yang berbeda, sebuah dialog sebetulnya dapat diarahkan untuk membangun kebersamaan antar sesama kelompok individu. Dengan begitu tujuan bersama dalam sebuah dialog akan tercapai yakni untuk memerangi prasangka, kekerasan, kefanatikan akan egoisme tertentu serta persoalan-persoalan yang lain yang sering terjadi.

Untuk menilai apakah dialog menghasilkan suatu komitmen atau hanya memunculkan suatu hal baru yang sekiranya lebih rumit, maka diperlukan adanya upaya untuk bersama-sama menggunakan pendekatan yang rasional dengan membuang rasa siapa yang paling benar serta menyalahan siapa atau kelompok tertentu yang paling salah/kurang benar. Paling tidak dialog merupakan sarana untuk membentuk munculnya sikap/pengakuan bahwa walaupun terdapat suatu perbedaan pandangan atau muncul sesuatu yang bersebrangan, namun tetap memiliki kesadaran untuk saling menghormati.

Menjalin kebersamaan lewat sebuah dialog sangat penting untuk menumbuhkan saling pengertian antar sesama. Secara umum akan memunculkan satu komitmen tentang Semboyan Hidup yakni bahwa tiap manusia pada dasarnya unik, berbeda dan oleh karena itu harus dihormati


Tidak ada komentar:

Posting Komentar