Senin, 05 Maret 2012

MENDORONG BANGKITNYA PROFESIONALISME (Dosen: Mengajar, Penelitian, Pengabdian)

Model pengajaran yang diterapkan kepada mahasiswa di Perguruan tinggi memerlukan perubahan secara kontinue, bukan saja dalam hal materi kuliah yang disampaikan, akan tetapi perlu ada penerapan nyata yang dapat membawa sebuah perguruan tinggi mampu mencetak sumber daya manusia yang berkwalitas serta memiliki kemampuan atau keahlian yang dapat bersaing dalam dunia kerja.

Sebuah perguruan tinggi bukan hanya menyampaikan aspek-aspek keilmuan saja tetapi perlu adanya pengembangan dalam bentuk serangkaian penelitian atau riset dan pengabdian masyarakat atau melalui kerjasama. Bentuk-bentuk pengembangan melalui penelitian di antaranya adalah mengadakan kerjasama dengan pihak swasta/industri/perusahaan. Sedangkan dalam bidang pengabdian, dapat mengadakan kerja sama dengan pemerintah dalam proses pelaksanaan pembangunan yang berbasiskan masyarakat luas. Bentuk-bentuk pengembangan tersebut akan menghasilkan sebuah produk / hasil (jasa) yang dapat dipatenkan oleh perguruan tinggi guna meningkatan kwalitas keilmuan dalam bidang penelitian dan pengabdian. Paradigma seperti inilah yang kini sedang berkembang dihampir seluruh perguruan tinggi di Indonesia khususnya wilayah Jawa Timur.

Salah satu tujuan dari beberapa perguruan tinggi yang ada di Jawa Timur adalah mewujudkan universitas riset dengan ciri pokok menghasilkan penelitian yang dipatenkan dibidang tertentu yang sangat berguna bagi khalayak atau masyarakat luas. Dana yang dihasilkan dari paten dan kerja sama penelitian atau pengabdian tersebut selanjutnya akan dapat meningkatkan motivasi bagi dosen untuk melaksanakan penelitian dan pengabdian lebih lanjut disela-sela tugasnya sebagai pengajar.

Kadang para dosen mengeluhkan beban kerja (workload) mengajar yang menyita sebagian besar waktunya, yang mengharuskan seorang sebagian besar harinya berada dikampus atau dalam satu semester terlalu banyak mata kuliah baru yang dibebankan. Kondisi demikian menuntut kerja keras dosen terfokus pada satu sisi tugas pengajaran saja serta diperlukan kerja extra untuk dapat mendalami, memahami dan menguasai materi-materi kuliah yang akan diajarkan. Tidak adanya keseimbangan beban kuliah serta waktu mengajar yang diberikan, juga terjadi dan dirasakan di beberapa perguruan tinggi lain. Bahkan kurangnya pengaturan waktu mengajar serta banyaknya materi yang harus dipelajari dan dipahami menyebabkan staf pengajar tidak ada waktu untuk meneliti dan melaksanakan pengabdian masyarakat.

Umumnya di beberapa perguruan tinggi di Indonesia, beban mengajar dosen berkaitan langsung dengan nominal penghasilan. Namun perlu ada upaya untuk “menyeimbangkan” beban mengajar dan meneliti serta pengabdian pada masyarakat dengan menaikkan insentif penelitian sehingga akan memacu dosen untuk mengadakan penelitian dan pengabdian pada masyarakat baik secara individu maupun kelompok. Seperti yang terjadi di beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta (Kompas:19:07:04) bahwa meski banyak yang mengeluhkan beban mengajar dan mengidealkan kegiatan meneliti untuk meningkatkan Profesionalitas Keilmuan, dosen agaknya telah terbiasa akan rutinitas mengajar. Rutinitas mengajar kadang menimbulkan kebosanan sehingga diperlukan kegiatan lain yang berhubungan dengan keilmuan yakni meneliti dan melaksanakan pengabdian pada masyarakat. Dan bila kegiatan tersebut kurang dilakukan oleh dosen maka akan menimbulkan kemandekan produktivitas kerja intelektual dosen (Nurhudin;Jawa Pos:29:2:04 dan Nur Khalid Ridwan:Jawa Pos:07:3:04). Sementara menurut Heru Nugroho (Kedaulatan Rakyat:16:02:04) orientasi ekonomi politik telah memasung kekritisan sivitas akademika sehingga ogah berpikir rumit, puas dengan predikat “pencari kebenaran” yang diselamatan masyarakat dan mapan dengan daya jual ilmu yang dimiliki seorang dosen.

Diperlukan adanya keseimbangan pelaksanaan unsur-unsur tri darma perguruan tinggi sehingga profesional dosen dalam mengembangkan ilmu pengetahuan akan lebih memiliki kwalitas serta mendorong sivitas akademika yang ada didalam perguruan tinggi untuk menemukan jati diri keilmuan (institusi) dimasa depan. Anggapan umun bahwa mengajar lebih mudah daripada meneliti harus dibuang jauh-jauh. Misal bahan ajar, penjelasan lisan di kelas, contoh-contoh dan bahan ujian dapat disiapkan sekali saja untuk mata kuliah yang sama. Anggapan ini tentu tidak tepat. “Mengajar, meneliti dan melaksanakan pengabdian masyarakat sama tidak ringannya jika itu dijalankan dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh”. Oleh karena itu, perlu manajemen waktu yang proporsional bagi seorang dosen agar melaksanakan seluruh unsur tri darma perguruan tinggi dengan tanpa berbenturan waktu dalam melaksanakannya.

Pengelola perguruan tinggi harus tanggap terhadap fenomena di atas, mendorong dan memberikan kesempatan, menciptakan mekanisme yang kondusif secara terus menerus menumbuhkan motivasi dosen agar mereka mencari revitalisasi jati diri keilmuan dengan penuh semangat menghayati serta menjalankan profesi dosen sebagai pengajar, meneliti dan melaksanakan pengabdian. Dalam proses belajar-mengajar, mengadakan penelitian serta melaksanakan pengabdian masyarakat akan mendorong munculnya paradigma baru bagi sebuah perguruan tinggi, yaitu dimimilikinya beberapa ahli di bidang tertentu serta akan membawa pencerahan dan perbaikan mutu bari sebuah perguruan tinggi. Sebagai wujud kerjasama dalam proses pembangunan perguruan tinggi / dosen dapat menempatkan diri sebagai konsultan pada perencanaan dan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah daerah. Peran nyata ini akan berdampak pada kualitas perguruan tinggi yang dihasilkan, dan selanjutnya akan meningkatkan animo masyarakat dalam menentukan perguruan tinggi mana yang diplih serta memiliki profesionalisme pada seluruh aspek sivitas akademikanya. Profesionalisme dalam sebuah perguruan tinggi selanjutnya akan meningkatkan nilai jati dirinya di bidang keilmuan di masa datang.

Nur Dewi Setyowati, S.Sos, M.Si. (Alumni FISIP Unmer Madiun, Unitomo SBY, dan Staff LPPM Unmer Madiun)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar